N219, N250: Terbang ke Langit Kemerdekaan Menepis Kesinisan
Satu hari di tahun 1995, dua hari sebelum peluncuran N250, seorang wartawan senior koran ternama di Indonesia berkomentar sinis tentang pesawat buatan anak negeri. Mengutip banyak orang, si wartawan nggak percaya pesawat itu bisa terbang.
Uji terbang sukses, tapi saya tidak pernah lagi bertemu si wartawan. Sayangnya, N250 tidak pernah diproduksi massal karena harus mengikuti uji terbang di sejumlah negara untuk mendapat sertifikasi FAA. Dua tahun kemudian Indonesia terjerumus ke dalam krisis. IMF mencoret program pengembangan pesawat terbang sabagai syarat pemberian pinjaman.
Tahun 1996, Habibie dihina habis-habisan ketika Indonesia dan Thiland bersepakat menukar CN235 dengan beras ketan. Sebagai wartawan Republika, yang diidentifikasi dekat ke ICMI dan kekuasaan, saya kerap mules mendengar hinaan itu.
 
Entah bagaimana, saat berkunjung ke kantor Indroyono Soesilo -- saat itu deputi ketua BPPT bidang kelautan -- saya membuka-buka majalah Flight. Ada berita tentang produsen pesawat di Italia yang menukar produknya dengan telur. Pembelinya adalah Thailand.
Saya katakan bagaimana kalian menanggapi berita ini. Semua diam. Saya bilang, yang namanya barter seperti ini biasa dalam perdagangan internasional.
Kendati demikian tetap saja maki-maki tak berhenti. Seorang wartawan lain mengatakan "Kita kan cuma bikin karoseri-nya, nggak bisa bikin mesinnya."
Saya langsung bertanya kepada sang wartawan itu: "Apakah Boeing dan Airbus bisa bikin mesin pesawat?" Wartawan itu hanya bisa terdiam seribu bahasa. Seperti orang yang kerongkongan tersedak saat makanan, wajah dia terkejut tapi tak berdaya.
Lalu saya pun bertanya lagi kepadanya: "Apakah Boeing dan Airbus membuat sayap, kursi, badan, atau lainnya? Lagi-lagi dia juga hanya terdiam.
Ketika terjadi kecelakaan CN235, wartawan itu pun sibuk mengejar Habibie hanya untuk menyudutkannya. Kecelakaan pesawat buatan Habibie dia konsumsi bersama wartawan lainnya sebagai trageditainment, atau tragedi yang menghibur. Kesan pesawat buatan IPTN buruk terlanjur ada di belakang kepala mereka, kendati banyak negara membeli pesawat itu.
Kini menjelang hari ulang tahun ke 72 Republik Indonesia, N219 meluncur menyusul kakak kandungnya yang diluncurkan 22 tahun silam saat Indonesia memasuki usia serengah abad. Saya tidak tahu reaksi masyarakat Indonesia saat ini karena saya tidak main Twitter dan Instagram. Yang pasti di Face Book, berita peluncuran pesawat itu tidak ramai. Saya juga tidak tahu apakah wartawan-wartawan lama itu, sebagaian telah pensiun, masih berkomentar sinis.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/08/17/ous7hj385-n219-n250-terbang-ke-langit-kemerdekaan-menepis-kesinisan