Berita

Jeritan Muslimah Korban Penghinaan

Erdy Nasrul, Jurnalis Republika.

Erdy Nasrul, Jurnalis Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erdy Nasrul, Jurnalis/Redaktur Repubika untuk Isu-Isu Agama dan Sosial

Masjid Finsbury Park di Utara London Inggris dipenuhi Muslimah. Mereka mengeluhkan caci maki, penghinaan, dan serangan terhadap Muslimah. Kejahatan penuh kebencian itu sungguh mengganggu komitmen mereka dalam menjalankan keyakinan di negeri yang sejak lama menggaungkan demokrasi dan kebebasan berekspresi tersebut.

Keluhan mereka sampaikan kepada pimpinan partai Buruh Jeremy Corbyn. Dia tidak banyak memberikan solusi, hanya mengaku akan menyampaikan masukan tersebut kepada pemerintah, sebagaimana diberitakan the Guardian.

Ada beberapa rentetan kejahatan kebencian dengan target Muslimah, terutama di transportasi umum. Salah satu wanita yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan, &ldquoKami semua menjadi korban kejahatan tersebut. Kata-kata kotor dilontarkan. Kami didorong, diajak berkelahi, bahkan diteror,&rdquo kata Muslimah tersebut. 

Pada akhir Juni lalu warga Inggris Alex Chivers (36) menghina seorang Muslimah yang sedang berjalan bersama anaknya di Enfield, London utara. Dengan penuh kesengajaan, lelaki itu melemparkan daging babi kepada keduanya, sambil menghardik, &ldquoSampah ISIS. Kamu layak mendapatkan ini.&rdquo

Kejadian itu terekam kamera ponsel. Arsipnya disebarluaskan di dunia maya. Aparat setempat tak tinggal diam. Mereka menangkap Alex dan memenjarakannya selama enam bulan. Dia terbukti telah melakukan kejahatan kebencian atas nama agama dan ras.

Kejadian lebih parah dialami seorang Muslimah di Milwaukee Amerika Serikat. Wanita yang identitasnya tak mau disebutkan itu tiba-tiba dihadang pria yang meminta melepaskan jilbab, penutup aurat yang dikenakannya.

Muslimah tersebut menolak. Tiba-tiba si pria mendorongnya, lalu memukuli wajah si wanita. Darah membasahi jilbab cerah yang dikenakannya. Barang bukti itu diamankan aparat untuk dibawa ke pengadilan. &ldquoSaya akan mati&hellipSaya akan mati,&rdquo teriak dia menceritakan kejadian yang tak disangkanya kepada wartawan media massa setempat.

Kalau menelusuri kejadian lainnya beberapa tahun lalu kita pasti akan menemukan banyak lagi kejadian yang sama. Semua insiden di atas sungguh sangat memprihatinkan. Berbagai kejahatan itu harus menjadi perhatian aparat. Mereka harus menyadari bahwa Muslimah yang tidak bersalah kerap menjadi target kejahatan. Harus ada upaya nyata sebagai bentuk pencegahan.

Kampanye mengenai keragaman dan kebersamaan yang selama ini ramai disuarakan di Indonesia harus disyiarkan secara masif. Sasarannya adalah masyarkat di Inggris, Amerika Serikat, dan semua negara Barat yang menjadi tempat Muslimah tinggal.

Aksi mengumbar permusuhan di atas membuktikan beberapa hal. Pertama, betapa minimnya pemahaman tentang kebersamaan untuk membangun tatanan sosial. Terlalu sering kita mendengar kebersamaan, saling merangkul dan menolong, dan hidup berdampingan. Tapi kenyataannya, kampanye itu belum menunjukkan keberhasilan, karena masih banyaknya aksi kekerasan dan diskriminasi terhadap umat Islam secara umum.

Kedua, aksi tersebut lahir dari pemahaman yang sempit. Kasus penghinaan di London dengan korban ibu beserta anaknya misalkan, menandakan si pelaku mudah sekali menggeneralisasi ISIS. Hanya karena mengetahui pelaku ISIS kebanyakan Muslim, kemudian seenaknya dia menganggap Muslimah yang sedang bercengkerama dengan &lsquobuah hati&rsquo sama seperti pengikut ISIS, sehingga harus dilawan. Sungguh ini pandangan yang tercela.

Ketiga, pandangan picik itu semakin membesar karena islamofobia. Sikap anti-Islam ini lahir karena hasutan dan fitnah keji. Hanya karena mendengar ceramah pembenci Islam, sebagian warga Barat dengan mudahnya ikut melakukan hal sama. Mereka tidak membaca, apalagi mengkaji teks-teks ajaran Islam.

Pandangan seperti itu terus berkembang selama tidak ada syiar pemahaman tentang Islam yang sesungguhnya. Kalau mereka tidak diajak berdialog, maka bukan tidak mungkin pemahaman mereka akan membentuk gerakan permusuhan yang lebih berbahaya. Sangat mengerikan.

Jauh sebelum Barat mengampanyekan keanekaragaman adat dan kultur, Rasulullah sudah menyerukan kebersamaan hidup warga berbagai latar belakang agama, dan ras. Melalui Piagam Madinah yang dikeluarkan pada 622 M, Nabi mengarahkan kehidupan masyarakat kepada penghargaan nilai-nilai kemanusiaan. 

Di dalamnya ada 23 aturan tentang hubungan kaum Muhajirin dan Anshar. Ada juga puluhan pasal yang menerangkan hubungan umat Islam dengan non-Muslim. Salah satunya adalah larangan salah satu pihak &lsquomenumpahkan darah&rsquo. Jika sampai terjadi, maka salah satu pihak akan dihukum, bahkan harus keluar dari kota. Sejarah seperti ini sangat perlu diketahui masyarakat Barat dari berbagai kalangan agar mereka memahami dan melaksanakan toleransi. 

Satu hal lain yang harus diwaspadai pemerintah Barat adalah semangat kebersamaan umat Islam. Jangan sampai petinggi negara Barat meremehkan kasus penghinaan dan penganiayaan di atas. Rentetan kejahatan diskriminatif itu kalau tidak diantisipasi, akan menjadi &lsquoapi dalam sekam&rsquo. Pemberitaan mengenai diskriminasi umat Islam ini akan menarik perhatian berbagai pihak. Sangat mungkin nantinya akan melahirkan gerakan massa yang masif di berbagai negara.

Belajarlah dari kasus Shalat Jumat bersama ribuan Muslim Amerika Serikat di sekitar Capitol Hill Washington 2009 lalu. Aksi tersebut merupakan perlawanan umat Islam terhadap diskriminasi yang mereka alami.

Belajarlah dari kasus-kasus yang menistakan ulama dan ajaran Islam. Siapa pun pelakunya, apa pun jabatan yang diemban, pasti akan mendapatkan reaksi keras umat. Muslim Indonesia sudah menunjukkan semangat melawan pelecehan agama dan ulama.

Dunia menyaksikan bagaimana jutaan Muslim dari berbagai daerah berkumpul dalam damai di dekat Istana Kepresidenan. Mereka memprotes kepala daerah yang merendahkan ayat Ilahi dan menghina tokoh agama yang menjadi pewaris para nabi. Banyak lagi aksi-aksi membela Islam di negara lain yang menunjukkan kebersamaan umat.

Yang mempersatukan mereka sehingga terpanggil untuk turun ke jalan membela agamanya adalah tauhid. Semangat lainnya adalah persaudaraan. Ayat Alquran yang menerangkan bahwa sesama Muslim adalah bersaudara (al-Hujurat: 49) dipahami sebagai kebersamaan. Satu Muslim disakiti, maka lainnya ikut merasakan hal sama.

Tauhid dan persaudaraan menjadi kekuatan. Sangat mungkin jika aksi diskriminasi terus terjadi, emosi umat Islam akan terbakar, sehingga mereka akan menyuarakan protes keras di berbagai negara. Gelombang massa akan memenuhi jalan-jalan dan area pusat pemerintahan. Takbir dan protes menyuarakan penegakkan hukum untuk melawan penghinaan 
Islam dan umatnya akan menggema.

Namun sebelum itu semua terjadi, lebih baik semua pihak melakukan pencegahan. Langkah itu lebih baik ketimbang menenangkan umat yang terlanjur merasa disakiti, karena saudara-saudaranya mendapatkan perlakuan diskriminatif.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/kolom/fokus/17/10/22/oy6q3u440-jeritan-muslimah-korban-penghinaan



Lihat semua berita

Video Ceramah/Khutbah Jumat

Lihat semua video ceramah/khutbah Jumat